Subak Jatiluwih, Tabanan, Bali

Subak Jatiluwih Landscape
Keindahan Terasering Persawahan di Desa Wisata Jatiluwih tidak lepas dari peranan SUBAK dengan mengusung Filosophi Tri Hita Karana.

SUBAK DESA WISATA JATILUWIH Menurut Bahasa bali SUBAK berasal dari suku kata SUAK yang artinya sealiran air . Sistem subak mengenal subak basah dan subak kering . Subak basah kegiatan masyarakat dalam berarti mengatur mengelola usaha tani dengan sistem di sawah terkait pengaturannya mulai dari pengolahan lahan mulai dari panen dan pasca panen. Adapun subak kering berarti pelolaan lahan terutatama di lahan ladang atau termasuk perkebunan termasuk kehutanan.

Subak tidak terlepas dari budaya bali yang secara adat dikelola secara turun temurun dan ajaran nenek moyang atau sebagai kearifan lokal sebagai istilah apa yang disebut sebagai ajaran Tri Hita Karana meliputi  :

  1. Pawongan berarti manusia yang sangat terikat dan selalu berhubungan dengan sesama manusia itu sendiri dimanapun manusia berada berarti hubungan manusia dengan manusia
  2. Palemahan berarti manusia sangat terikat dengan batas wilayah atau alam sekitarnya dimana manusia berada , berarti hubungan manusia dengan alamnya
  3. Parahyangan berarti manusia sangat terikat dengan tuhan , atau berarti hubungan manusia dengan tuhannya . Keyakinan hindu di Bali , bahwa Tuhan Yang Maha Esa merupakan batas Supranatural dimana manusia sangat terbatas dan lemah sehingga sangat diperlukan bantuan dari Sang Hyang Widhi Wasa .

Subak merupakan organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi dibali . Subak di Desa Jatiluwih memiliki pura yang disebut pura ulun carik atau pura bedugul yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran atau kesuburan dewi sri . Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali.

Secara organisasi, Subak Jatiluwih diketuai atau di pimpin Oleh Seseorang yang di sebut dengan Pekaseh dan di bagi menjadi 7 kelompok atau tempek diantaranya :

  1. Tempek telabah gede : Luas 131 Hektar dan memiliki 110 anggota
  2. Tempek besi kalung : Luas 46 Hektar dan memiliki 55 anggota

3 . Tempek kedamaian : Luas 56 Hektar dan memiliki 60  anggota

  1. Tempek uma dwi : Luas 21,7 Hektar dan memiliki 40 anggota

5 . Tempek kesambi : Luas 11 Hektar dan memiliki 43  anggota

  1. Tempek gunung sari : Luas 37 Hektar dan memiliki 57 anggota

7 . Tempek umakayu  : Luas 36 Hektar dan memiliki 30 anggota

Masing – masing tempek di ketuai oleh yang namanya Kelian Tempek   masing-masing Tempek memiliki luas yang berbeda , total dari ketjuh tempek tersebut sekitar 303 ha . Dari ketujuh kelompok subak diatas , dilakukan pemetaan terhadap saluran irigasi ke sawah – sawah.

Jenis Padi yang biasa di tanam :

  1. Beras merah biasa ditanam pada bulan januari , masa tanam adalah sekitar 5,5 bulan .
  2. Beras putih bali ( mangsur ) : biasa ditanam pada bulan agustus , masa tanam sekitar 3,5 bulan .

Hasil panen beras merah lebih banyak dari beras putih bali karena dari setiap tangkai memiliki bulir padi yang banyak , selain itu harga dari beras merah lebih mahal dari jenis beras biasa ( mangsur , IR46 dll ).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *